Semua
hangatnya oh dirimu
Berikan aku arti hidup
Suguhkan segala raga dan jiwamu untukku
Berikan aku arti hidup
Suguhkan segala raga dan jiwamu untukku
“Dek…”
“Iya Mas…”
“Iya Mas…”
“Dekkk…
“Iya Mas, ada apa sih? Mas capek? Ya sudah, ntar malam aku pijitin.”
“Mmmm...
Nggak, Aku sehat kok. Errr… Aku cuma mau
ngomong.”
“Lah
dari tadi emang nggak ngomong yah?”
“Itu
loh Dek, kok ya tiba-tiba aja aku kepikiran. Seandainya suatu waktu nanti aku
membuat kesalahan sama kamu, kira-kira
kamu bakal ngapain yah?”
“Ouuhh,
yo jangan to. Wong aku sudah terlanjur cinta mati sama kamu. Tapi awas yah,
berani kamu bikin aku kecewa, Mas jangan kaget kalau liat piring, gelas, panci,
kompor bisa terbang dan menghampirimu secara berjamaah!”
“Waduh. Badanku bisa benjol tak karuan dong kalau kena itu semua. Yo jangan to, opo ndak kasian liat diriku babak belur ?”
“Yo
itu, balasan yang setimpal. Atau Mas mau aku diemin aja? Aku ndak mau bicara
dan ndak mau diajak bicara. Titik!”
“Ya jangan gitu juga, ntar malah aku ndak bisa dengar suaramu yang ngangenin itu.”
“Mas e… Mas ini gimana? Kalau salah ndak mau di marah, trus ndak mau juga didiemin. Lah terus maunya gimana toh? Mas mau menang sendiri gitu? Mas jahat deh! Egois…!”
“Iya
ya, aku kok jadi jahat dan mau menang sendiri. Maafkan aku ya Dek.”
“Jadi Mas sudah siap nih, menerima segala benda-benda terbang itu nanti?”
“Jadi Mas sudah siap nih, menerima segala benda-benda terbang itu nanti?”
“Ya
jangan gitu jugalah Dek. Tapi kalau aku boleh minta, jika aku membuat kesalahan
nanti, tolong pegang tanganku dan peluk aku, setelah itu sampaikan semua
kesalahanku dengan lembut. Agar aku tidak punya kesempatan untuk melawan semua
perkataanmu, dan aku berharap ketika kamu melakukan kesalahan, maka aku akan
memperlakukanmu seperti itu juga.”
“Ehmmm…
Aku kok jadi malu. Mas pintar deh menggoda aku.”
“Ini
bukan menggoda Dek, tapi ini harapanku. Aku ndak mau ada masalah yang membuat
kita bertengkar, karena kamu lebih layak untuk dihargai dan disayangi.”
“Iya
deh Mas. Semoga kita memang nggak pernah bertengkar yah!”
“Tau
nggak Dek? Aku nggak bisa hidup tanpa kamu”
“Ah,
Mas mulai lagi deh ngegombal… Sudahlah, yuk pulang. Aku belum menyiapkan makan
malam. Mana adikmu yang dari kota itu ntar ngomel-ngomel lagi kalau makanan
belum siap.”
“Kamu
duluan aja Dek, aku ngumpulin rumput itu dulu. Tanggung kalau ndak dibersihkan
sekalian.”
“Ya
sudah, aku duluan Mas. Tapi kamu jangan kelamaan, kalau capek nggak usah
dipaksakan.”
Note :
* Dicukup-cukupin pas 500 kata.
* Oh ya, ini terinspirasi dari catatan FB seorang teman yang lagi galau, yang akhirnya saya coba ubah untuk menjadi sebuah FF. Meskipun saya merasa ini FF yang paling geje.. hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar