Halaman

Rabu, 03 Juli 2013

Cermin : Toraja



Akhirnya aku berada juga di sini, menyaksikan pemandangan alam yang indah sambil menikmati sejuk udara pegunungan. Semua keletihan akibat perjalanan 8 jam dari Makassar langsung lenyap. Bahkan omelan ibu yang tidak tega melepas kepergianku hampir terlupakan.
“Bu aku ditemani Lukas kok. Yakinlah anak ibu kembali dengan selamat, “demikian bujukku. Syukurlah ibu akhirnya melepasku pergi, dengan beribu nasehat padaku dan juga Lukas, sepupu gantengku itu.
Setelah beristirahat semalam di hotel, kami mulai mengelilingi berbagai objek wisata. Ke’te’ kesu’ dengan wisata rumah tradisionalnya yang unik. Tilangnga’, kolam pemandian alami dengan belut raksasa, dan kini di dalam gua bernama Londa yang merupakan pekuburan tradisional. Kondisi gua yang gelap dan dipenuhi dengan peti mati serta tulang-belulang yang berserakan membuat suasana semakin horor. Sang guide lalu menunjukkan dua buah tengkorak yang terletak berdekatan. 


“Mereka ini adalah sepasang kekasih yang bunuh diri karena cintanya tak direstui,” terang guide.
“Kenapa memangnya Bang?” tanyaku penasaran.
“Mereka adalah saudara sepupu, orang tuanya bersaudara, dan bagi orang Toraja merupakan pamali jika menjalin cinta padahal masih saudara.”
Aku manggut-manggut mendengar penjelasan guide. Tiba-tiba hatiku terasa tak keruan. Kupandangi wajah Lukas, dan aku mulai mempertanyakan perasaanku padanya. Lukas yang selalu mendampingiku, namun juga selalu membuat jantungku berdebar tiap kali berdekatan dengannya.

3 komentar:

  1. Jadi ikut deg-degan mba.. apakah yang akan terjadi selanjutnya...?

    BalasHapus
  2. Huaaa..., gmn kelanjutan cerita bersama Lukas ini?? :D *kepo aku

    BalasHapus
  3. Aku juga kepo nih sebenarnya.. :)

    BalasHapus