Akhirnya aku berada juga di sini,
menyaksikan pemandangan alam yang indah sambil menikmati sejuk udara pegunungan.
Semua keletihan akibat perjalanan 8 jam dari Makassar langsung lenyap. Bahkan
omelan ibu yang tidak tega melepas kepergianku hampir terlupakan.
“Bu aku ditemani Lukas kok. Yakinlah
anak ibu kembali dengan selamat, “demikian bujukku. Syukurlah ibu akhirnya
melepasku pergi, dengan beribu nasehat padaku dan juga Lukas, sepupu gantengku
itu.
Setelah beristirahat semalam di
hotel, kami mulai mengelilingi berbagai objek wisata. Ke’te’ kesu’ dengan
wisata rumah tradisionalnya yang unik. Tilangnga’, kolam pemandian alami dengan
belut raksasa, dan kini di dalam gua bernama Londa yang merupakan pekuburan
tradisional. Kondisi gua yang gelap dan dipenuhi dengan peti mati serta tulang-belulang
yang berserakan membuat suasana semakin horor. Sang guide lalu menunjukkan dua
buah tengkorak yang terletak berdekatan.
“Mereka ini adalah sepasang
kekasih yang bunuh diri karena cintanya tak direstui,” terang guide.
“Kenapa memangnya Bang?” tanyaku
penasaran.
“Mereka adalah saudara sepupu,
orang tuanya bersaudara, dan bagi orang Toraja merupakan pamali jika menjalin
cinta padahal masih saudara.”
Aku manggut-manggut mendengar
penjelasan guide. Tiba-tiba hatiku terasa
tak keruan. Kupandangi wajah Lukas, dan aku mulai mempertanyakan perasaanku
padanya. Lukas yang selalu mendampingiku, namun juga selalu membuat jantungku
berdebar tiap kali berdekatan dengannya.
Jadi ikut deg-degan mba.. apakah yang akan terjadi selanjutnya...?
BalasHapusHuaaa..., gmn kelanjutan cerita bersama Lukas ini?? :D *kepo aku
BalasHapusAku juga kepo nih sebenarnya.. :)
BalasHapus