![]() |
credit |
Ine kembali menarikan jemarinya di
atas tombol smartphonenya.
Sesekali
bibirnya tersenyum, kadang
pula mengerucut. Semua tergantung dari balasan pesan yang diterimanya.
Sesekali pula dia mengangkat muka memperhatikan mobil yang
lalu-lalang.
“Adlan, kamu di mana beib? Pegel nih
nungguin kamu." Ine kembali mengirim pesan.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti.
Seraut wajah melongok dari kaca mobil yang setengah terbuka.
Ah, itu pasti Adlan.
Sebuah dorongan mengagetkannya, dan
tiba-tiba saja dia sudah berada dalam mobil. Tapi, itu bukan wajah yang sering ditemuinya
di dinding FB. Mana Adlan?
“Tidaaak…! Mana Adlanku...? Kau
bukan Adlan? Kamu siapa?”
Tidak ada jawaban, yang ada hanyalah
bau alkohol yang menusuk hidungnya hingga perlahan semua menjadi gelap.
*****
Gadis muda itu terkekeh-kekeh
menggenggam sesuatu yang terus dipandanginya. Anak-anak kecil sibuk mengejek
dia.
Gadis yang sama, senyum yang sama,
tarian tangan yang sama, meski kini yang berada di genggamannya hanyalah sebatang kayu.
Sudah 4 bulan dia menjadi penghuni tetap di pinggir jalan itu.
Ah, cinta dunia maya kembali menelan
korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar